PEMBINAAN OLAHRAGA DI INDONESIA
Mengkaji sistem pembinaan olahraga di Indonesia pada hakikatnya adalah
mengkaji upaya pembinaan Sumber Daya Insani Indonesia. Dengan kata lain,
upaya pembinaan ini tidak dapat dipisahkan dari upaya-upaya pembentukan
manusia Indonesia seutuhnya.
Harre, Ed. (1982: 21) mengemukakan bahwa pembinaan olahraga yang
dilakukan secara sistematik, tekun dan berkelanjutan, diharapkan akan
dapat mencapai prestasi yang bermakna. Proses pembinaan memerlukan waktu
yang lama, yakni mulai dari masa kanak-kanak atau usia dini hingga anak
mencapai tingkat efisiensi kompetisi yang tertinggi. Pembinaan dimulai
dari program umum mengenai latihan dasar mengarah pada pengembangan
efisiensi olahraga secara komprehensif dan kemudian berlatih yang
dispesialisasikan pada cabang olahraga tertentu.
A. Olahraga kompetitif
Olahraga kompetitif yang dimaksud adalah berbagai kegiatan yang
diarahkan untuk mencapai prestasi olahraga yang setinggi-tingginya.
Olahraga prestasi biasanya digunakan sebagai alat perjuangan bangsa.
Banyak negara yang memanfaatkan berbagai arena olahraga, seperti Olympic
Games, atau Regional Games sebagai forum propaganda keunggulan bangsa
dan memperlihatkan pembangunan bangsa di negaranya.
Berhasilnya Indonesia meraih satu medali Perak melalui olahraga
panahan pada Olympic Games di Seoul 1988 dan beberapa medali emas,
perak dan perunggu melalui cabang olahraga bulutangkis dan angkat besi
ternyata mampu menunjukkan kepada dunia Internasional melalui prestasi
olahraga. Peristiwa menarik yang lain adalah pada Olympic Games 1956 di
Melbourne, Australia, tim sepakbola Indonesia mampu menahan tim
sepakbola Rusia. Hanya setelah perpanjangan waktu, tim Indonesia
mengalami kekalahan. Dalam Olympic Games ini Rusia akhirnya sebagai
juara. Bagi negara-negara yang memikirkan kesejahteraan rakyatnya jauh
ke depan, maka akan menempatkan olahraga pada urutan prioritas yang
penting. Sejak kemerosatan prestasi olahraga Amerika dan Australia di
arena Olympic Games, konggres dan parlemennya turut membahas bahkan
berusaha mengatur pembinaan olahraga di negaranya masing-masing melalui
rancangan undang-undang olahraga.
Penekanan pada peningkatan prestasi tidak hanya sekedar melakukan alih
ketarampilan dari pelatih kepada atlet, melainkan merupakan upaya
membina manusia seutuhnya.
Sistem pembangunan olahraga yang digunakan di Indonesia adalah sistem
piramida, yang meliputi tiga tahap, yaitu
(1) pemassalan
(2)
pembibitan
(3) peningkatan prestasi.
B. Olahraga Non Kompetitif
Pembangunan olahraga termasuk suatu usaha untuk membentuk manusia dalam
totalitasnya, baik jasmaniah maupun rokhaniah, sehingga melalui
olahraga dapat memberikan sumbangan dharma baktinya bagi pembangunan
bangsa.
Suatu negara yang ingin membangun bangsa yang sehat, kuat dan segar,
maka perlu menyusun dan melaksanakan suatu sistem pembangunan olahraga
secara menyeluruh yang melibatkan seluruh masyarakat Indonesia.
Pembangunan bangsa tidak akan lengkap atau sempurna tanpa pembangunan
olahraga, karena aktivitas gerak manusia merupakan modal dasar aktivitas
manusia dalam pembangunan.
Oleh karena pembangunan bangsa dilaksanakan dalam rangka pembangunan
manusia dan pembangunan seluruh masyarakat Indonesia, maka pembangunan
olahraga dilaksanakan untuk mencapai keserasian, keselarasan dan
keseimbangan antara pertumbuhan fisik-biologis dan pertumbuhan mental
spiritual, antara kemajuan lahiriah dan kepuasan batiniah.
Adapun pembangunan olahraga yang bersifat non kompetitif dapat diarahkan dalam rangka upaya-upaya sebagai berikut:
1. Pendidikan Bangsa
Olahraga dapat mengembangkan dan membangun kepribadian, watak, budi
pekerti luhur dan moral tinggi serta inisatif. Karena penyelenggaraan
pembinaan olahraga bagi individu dan masyarakat ini, mengandung
pendidikan yang positif.
2. Persatuan dan Kesatuan Nasional.
Olahraga dapat menghilangkan rasa kedaerahan dan kesukuan serta
mempertebal rasa persatuan dan kesatuan Nasional. Hal ini dapat terlihat
pada pertandingan-pertandingan atau kejuaraan-kejuaraan olahraga
seperti, Pekan Olahraga Nasional (PON), pertandingan-pertandingan antar
negara, dan lain-lain.
3. Pertahanan dan Ketahanan Nasional.
Dengan pembinaan olahraga bagi individu dan masyarakat, khususnya bagi
generasi muda, antara lain meliputi pengarahan, bimbingan dan pengawasan
intensif serta mengikutsertakan manusia secara aktif dalam
penyelenggaraan, akan merupakan proses pendewasaan dan pengembangan
kepemimpinan. Manusia yang berkepribadian tangguh, sehat jasmani dan
rokhani merupakan modal penting bagi pertahanan dan ketahanan Nasional.
4. Rekreasi.
Dalam kehidupan moderen dengan kemajuan ilmu dan teknologi mutakhir,
gerak manusia berkurang, maka untuk memelihara keseimbangan hidup
manusia, kegiatan olahraga yang bersifat rekreatif sangat dibutuhkan.
Saat ini, olahraga panahan “mewabah”. Banyak klub-klub panahan di seluruh indonesia ikut mengembangkan olahraga panahan, olahraga ini memiliki
banyak keunggulan dan manfaat bagi pegiatnya. Bahkan, olahraga ini
menjadi sarana pembelajaran karakter anak bangsa. setidaknya ada empat benefit yang bisa didapat dari memanah, yaitu:
ketenangan, konsentrasi, keberanian, dan mental juara.
“Seseorang tidak akan bisa tepat membidik sasaran jika tidak tenang
dan fokus. Nah, maka, bila ingin memanah dengan baik, yang pertama kali
harus dilatih adalah ketenangan dan konsentrasi. Bila dua karakter ini
sudah terlatih, itu akan positif ketika diterapkan di seluruh aspek
kehidupan,
dalam panahan sendiri, untuk melepaskan anak panah,
butuh keberanian untuk memutuskan. Kadang, ada yang sudah menarik tali
busur, tapi tidak berani melepas karena takut meleset atau mengenai
orang lain. Ketakutan itu tidak akan terjadi apabila seorang pemanah
sudah tenang dan fokus, karena ia yakin pada tujuannya, atau pada
bidikannya.
Keberanian dalam aktivitas panahan ini bisa diaplikasikan dalam
kehidupan keseharian. Keputusan-keputusan yang berani dan positif akan
bisa diambil. Keputusan yang didasari akal sehat. Keputusan sehat lahir
dari situasi yang tenang dan fokus.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar